Pembakaranbahan bakar fosil yang digunakan sebagai bahan bakar pada kendaraan bermesin menjadi salah satu penyumbang gas karbon dioksida terbesar. Mobil listrik merupakan mobil yang tergolong ke dalam keluaran terbaru, maka teknologi yang dipakai sudah pasti lebih maju jika dibandingkan dengan mobil konvensional pada umumnya.

Kepulan asap dari pembangkit listrik tenaga diesel, penyumbang terbesar gas CO2" Adapun 3 jenis gas utama pembentuk emisi gas rumah kaca greenhouse gases, yaitu karbon dioksida/carbon dioxide CO2, metana/methane CH4 dan nitrous oxide N2O ". CO2 adalah bahan utama penyumbang dan penyusun dalam pembentukan gas rumah kaca greenhouse. Karbon dioksida atau gas rumah kaca ini berasal dari penggunaan bahan bakar fosil. Bahan bakar fosil yang masih aktif digunakan sampai saat ini, yaitu Batubara, Minyak & Gas Bumi dan proses pembuatan semen non-fosil.Saat ini, Batubara banyak digunakan sebagai bahan bakar pembangkit listrik tenaga uap PLTU. Sedangkan minyak dan gas bumi digunakan untuk pembangkit listrik, transportasi dan gas rumah kaca yang terbentuk dari bahan bakar fosil ini, merupakan penyebab utama terjadinya pemanasan global dan perubahan iklim yang saat ini mengancam keberlangsungan kehidupan di bumi Bakar Fosil Penyumbang Karbon Dioksida TerbesarBahan bakar batubara menjadi penyumbang terbesar karbon dioksida CO2. Pada tahun 2020, dari hasil pembakaran batubara menghasilkan karbon dioksida sebesar MtCo2e Metric tons of carbon dioxide equivalent.Di Urutan kedua penyumbang karbon dioksida terbesar adalah minyak bumi sebesar MtCo2e. Sedangkan di urutan ketiga di daftar ini adalah gas bumi, menghasilkan karbon dioksida sebesar MtCo2e. Grafik peningkatan jumlah karbon dioksida di atmosfer/ tidak salah seluruh negara di dunia termasuk Indonesia, berencana mengurangi bahkan menghentikan penggunaan batubara untuk pembangkit listrik. Terutama didukung oleh Protokol Kyoto dan Perjanjian Penghasil Karbon Dioksida CO2 Terbesar di DuniaBerdasarkan Global Carbon Project Proyek Karbon Global; total dunia menghasilkan karbon dioksida pada tahun 2020 sebesar MtCO2e. Baik yang dihasilkan dari aktivitas manusia maupun dari hasil proses mana sajakah penghasil atau penyumbang gas ini, sehingga membuat dunia ini mengalami pemanasan global dan perubahan iklim?. Apakah Indonesia masuk daftar Top 5 penghasil karbon dioksida. Simak daftarnya berikut China Negara China berada di posisi pertama penghasil karbon dioksida. China dengan jumlah penduduk jiwa, penyumbang karbon dioksida terbesar, yaitu MtCO2e. Batubara merupakan penghasil utama dan terbesar gas CO2, diikuti minyak dan gas total gas CO2 di tahun 2020 ini, mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2019, yaitu sebesar MtCO2e atau naik sekitar 178 MtCO2e. Satu orang penduduk China menyumbang tCO2/orang Total carbon dioxide/person.2. Amerika SerikatNegara adidaya, Amerika Serikat penyumbang karbon dioksida sebesar MtCO2e. Bahan bakar fosil penghasil karbon dioksida terbesar di Amerika Serikat berasal dari gas bumi sebesar MtCO2e, diikuti minyak bumi kemudian batubara. Jumlah penduduk Amerika Serikat tahun 2020 adalah jiwa. Setiap orang penduduk AS menyumbang 14 tCO2/orang. Kabar baiknya jumlah total CO2 tahun 2020 dari Amerika Serikat menurun dibanding tahun 2019, yaitu sebesar 5256 MtCO2e. Kabar baiknya lagi, Amerika Serikat menduduki peringkat pertama sebagai negara penghasil listrik yang bersumber dari energi terbarukan renewable energy. 3. India Negara India, dikenal sebagai negara yang pertumbuhan ekonomi dan industrinya sangat cepat, setelah China. India sebagai penyumbang karbon dioksida terbesar ketiga, dengan jumlah ini, India mengandalkan batubara sebagai sumber energi listrik untuk kebutuhan industrinya. Batubara sebagai penghasil terbesar gas CO2 di India sebesar MtCO2e, diikuti oleh Minyak kemudian gas bumi. Berita baiknya, India pada tahun 2020 berhasil menurunkan jumlah total CO2 dibandingkan tahun sebelumnya. India saat ini berada di posisi ketiga sebagai negara penghasil listrik dari energi Rusia Rusia dikenal sebagai negara yang memiliki cadangan gas bumi terbesar di dunia saat ini. Tahun 2020, Rusia menjadi penyumbang karbon dioksida terbesar keempat di dunia, sebesar MtCO2e. Jumlah ini turun dari pada tahun 2019, yaitu sebesar bakar fosil penghasil terbesar CO2 dari Rusia adalah gas bumi, yaitu sebesar 748 MtCO2e. Rusia memanfaatkan cadangan gas buminya untuk memenuhi energi listrik di penduduk Rusia tahun 2020 adalah jiwa. Berdasarkan laporan ini , maka setiap penduduk Rusia menghasilkan 11 tCO2/ Jepang Jepang adalah salah satu negara maju yang dikenal sebagai produsen kendaraan mobil dan sepeda motor terbesar di dunia. Negara ini berada di posisi kelima sebagai penyumbang CO2 terbesar di 2020, Jepang menghasilkan karbon dioksida sebesar MtCO2e, menurun dari pada tahun sebelumnya, yaitu sebesar MtCO2e. Penghasil terbesar CO2 dari Jepang berasal dari batubara dengan jumlah 403 MtCO2e, diikuti minyak kemudian gas populasi penduduk Jepang tahun 2020, sekitar jiwa, setiap orang penduduk jepang menghasilkan tCO2/orang. Saat ini, Jepang mengandalkan Biomassa sebagai penghasil listrik terbesar dari sumber energi data ini, dapat disimpulkan bahwa negara - negara yang masuk di Top 5 penghasil terbesar CO2, empat negara berhasil menurunkan tingkat gas buangan karbon dioksida di tahun 2020 dibanding tahun sebelumnya. Namun, satu negara dari Top 5, yaitu China tidak mampu menurunkan tingkat gas buangan CO2 ke atmosfer. Kabar baiknya China berada di posisi kedua penghasil listrik dari energi terbarukan. Harapannya di tahun 2021, China mampu menurunkan jumlah karbon Indonesia Sebagai Penyumbang Karbon Dioksida CO2Sayangnya, Indonesia menduduki peringkat kesepuluh ke-10, sebagai penghasil karbon dioksida terbesar di dunia atau sering disebut Top 10. Apa penyebab utama Indonesia masuk di daftar ini. Pembangkit listrik tenaga uap PLTU yang menggunakan batubara, penghasil terbesar CO2Sebesar 47 persen pasokan listrik Indonesia berasal dari pembangkit listrik tenaga uap PLTU. Pembangkit jenis ini menggunakan batubara sebagai bahan bakarnya. Tahun 2020, bahan bakar fosil batubara Indonesia menghasilkan CO2 sebesar 301 MtCO2e, terbesar di Asia jumlah total CO2 yang dihasilkan Indonesia tahun 2020, sebesar 590 MtCO2e. Berita baiknya, Indonesia mampu menurunkan jumlah karbon dioksida tahun 2020, dari pada tahun 2019, yaitu 661 terbesar karbon dioksida CO2, berasal dari penggunaan bahan bakar fosil seperti, batubara, minyak dan gas bumi. Bahan bakar fosil ini paling besar dimanfaatkan sebagai pembangkit listrik, untuk memenuhi kebutuhan listrik yang semakin akhirnya, untuk menjaga keseimbangan dan keberlangsungan kehidupan di bumi ini, secara perlahan-lahan negara di dunia ini harus mengurangi penggunaan bahan bakar fosil untuk kebutuhan pasokan alternatifnya, yaitu memanfaatkan sumberdaya alam yang dapat diperbaharui dan tidak menghasilkan gas - gas yang membentuk emisi gas rumah kaca, yaitu dengan memanfaatkan dan beralih ke sumber energi baru terbarukan renewable energy.Sangat senang hati menerima kritik dan saran di dalam komentar, untuk menyempurnakan artikel ini. Demikian uraian singkat mengenai “Top 5 Penghasil Gas Rumah Kaca Terbesar di Dunia” Semoga karbondioksida gas negara

Polusiudara yang disebabkan oleh sepeda motor berasal dari penguapan tangki bahan bakar, . Monoksida (co) jalan raya kaligawe semarang merupakan jalan yang . Nasi dan sayuran berasal dari pertanian yang . Pembakaran bahan bakar merupakan penyumbang terbesar gas. Bahan bakar fosil merupakan penyumbang utama emisi co2 lintas sektor utama. Daftar Isi 10 Penyebab Pemanasan Global 1. Pembakaran Bahan Bakar Fosil 2. Penebangan Pohon 3. Peternakan 4. Aliran Tenaga Listrik 5. Industri 6. Pertambangan 7. Penggunaan Transportasi 8. Produksi Makanan Berlebih 9. Mendirikan Bangunan Besar-besaran 10. Penggunaan Energi Berlebih Cara Mencegah Pemanasan Global Jakarta - Akhir-akhir ini sering kali kita rasakan cuaca yang tak menentu, terkadang panas menyengat dan kadang juga hujan begitu deras. Semua ini merupakan tanda perubahan iklim yang diakibatkan oleh pemanasan global global warming. Lantas, apa sebenarnya penyebab pemanasan global?Mengutip laman National Geographic, pemanasan global adalah peningkatan suhu udara di permukaan bumi dalam jangka panjang. Fenomena ini telah berlangsung lama, kisaran sejak satu abad ahli menyebut pemanasan global semakin memburuk hingga sekarang. Suhu bumi yang memanas diketahui meningkat secara signifikan akibat pembakaran bahan bakar fosil yang meliputi batu bara, minyak, gas alam. Juga hasil pembakarannya menyebabkan 'efek rumah kaca'.Efek rumah kaca sendiri adalah kondisi di mana hasil pembakaran bahan bakar fosil yang berupa gas, mencegah suhu panas pergi meninggalkan atmosfer bumi. Suhu panas matahari yang enggan lepas ke angkasa ini menumpuk di atmosfer seiring bergulirnya panas berlebih ini meningkatkan rata-rata suhu global, yang kemudian dikenal dengan pemanasan ini, pemanasan global menjadi permasalahan serius yang dihadapi penduduk dunia. Pasalnya, pemanasan global menyebabkan perubahan iklim. Iklim yang berubah ini turut mengubah pola cuaca dan musim tanam di seluruh iklim juga berakibat pada kenaikan permukaan laut yang disebabkan oleh mencairnya lapisan es dan gletser. Tak hanya itu, masih banyak dampak pemanasan global lain yang melanda dunia. Sehingga bisa dibilang, fenomena ini merupakan ancaman nyata bagi kehidupan manusia di kita lebih sadar akan dampak global warming, mari ketahui penyebab pemanasan global pada uraian di bawah ini!Menukil dari situs resmi United Nations dan WWF, berikut sejumlah penyebab global warming1. Pembakaran Bahan Bakar FosilSebagaimana penjelasan di atas, bahan bakar fosil yang dibakar menghasilkan gas berupa karbon dioksida yang mencegah suhu panas matahari untuk lepas ke angkasa. Akibatnya, suhu panas berlebih tetap menetap di atmosfer bakar fosil diketahui berguna bagi kehidupan manusia sehari-harinya. Di antaranya untuk menyalakan listrik dan penggerak Penebangan PohonPepohonan, tumbuhan dan tanaman punya peran penting. Karena mereka menyerap karbon dioksida hasil pembakaran bahan bakar fosil dari udara, dan melepaskan oksigen yang manusia justru banyak menebang pohon di area hutan untuk memanfaatkan lahannya sebagai pertaniaan, pembangunan kota hingga berbagai saat tumbuhan dan pohon ditebang, gas karbon yang tersimpan di dalamnya kembali lepas ke atmosfer dan berkontribusi terhadap pemanasan PeternakanHewan ternak seperti sapi, kambing dan domba mengeluarkan kotoran yang menghasilkan gas metana, penyumbang efek rumah kaca. Dengan begitu, peternakan dalam jumlah besar berkontribusi besar terhadap pemanasan Aliran Tenaga ListrikSebagian besar listrik masih dihasilkan dari pembakaran bahan bakar fosil, yakni batu bara, minyak atau gas. Pembakaran ini menghasilkan karbon dioksida dan dinitrogen oksida yang mampu menangkap panas matahari penyebab pemanasan IndustriIndustri memerlukan energi untuk pembuatan barang-barang seperti semen, besi, baja, elektronik, plastik, pakaian, dan lainnya. Energi ini dihasilkan dari pembakaran bahan bakar fosil yang kita ketahui akan menimbulkan PertambanganSama seperti industri, pertambangan juga memerlukan bahan bakar fosil untuk menggerakkan mesin-mesinnya. Demikian pembakaran ini melepaskan gas penyumbang pemanasan Penggunaan TransportasiMasih banyak orang yang menggunakan kendaraan berbahan bakar fosil seperti minyak bumi, dan inilah penyebab pemanasan global. Disebutkan, transportasi menjadi penyumbang utama emisi karbon dioksida yang merupakan gas rumah Produksi Makanan BerlebihProses pembuatan makanan menghasilkan gas seperti karbon dioksida dan metana. Hal ini karena makanan yang dibuat adalah hasil dari pertanian, peternakan, pembukaan lahan hingga penggunaan energi untuk menjalankan peralatan dan mesin itu, emisi rumah kaca juga berasal dari pengemasan dan pendistribusian makanan itu Mendirikan Bangunan Besar-besaranBangunan rumah, kantor, maupun lainnya mengkonsumsi banyak energi listrik. Sedangkan listrik masih banyak dihasilkan dari pembakaran bahan bakar fosil, yang turut menyumbang emisi gas rumah kaca dalam jumlah Penggunaan Energi BerlebihTentu saja setiap manusia menggunakan berbagai peralatan dalam kesehariannya, seperti AC air conditioner, pemanas ruangan, komputer, televisi, dan lainnya. Begitu juga manusia mengkonsumsi makanan, minuman, barang-barang, hingga itu tentu dibuat melalui proses yang panjang, dengan berbagai peralatan yang sebagian besar digerakkan oleh pembakaran bahan bakar Mencegah Pemanasan GlobalDengan uraian penyebab pemanasan global di atas, bisa dicermati bahwa kehidupan manusia tak bisa lepas dari penggunaan bahan bakar fosil. Meski demikian, setidaknya kita dapat meminimalisir cara lainnya dengan beralih ke pemanfaatan sumber energi terbarukan seperti matahari, angin hingga air, yang hanya mengeluarkan sedikit bahkan tidak ada emisi rumah kaca ke 10 penyebab pemanasan global beserta cara mengatasinya. Bagaimana detikers, masih mau berkontribusi terhadap pemanasan global gak nih? Simak Video "37 Persen Orang di Dunia Meninggal karena Pemanasan Global" [GambasVideo 20detik] fds/fds Rusiaadalah wilayah dengan cadangan gas terbesar di dunia. Bersama Amerika Serikat, keduanya adalah penghasil 40 persen dari total produksi gas di dunia. Ini sebabnya batu bara merupakan bahan bakar yang paling kotor. Bagi makhluk hidup khususnya manusia, partikel hasil pembakaran batu bara dapat masuk ke paru-paru dan menyebabkan penyakit
– Gas karbon dioksida dikenal sebagai gas rumah kaca yang mengakibatkan pemanasan gelobal. Namun, dari mana karbon dioksida dihasilkan? Berikut penghasil emisi gas karbon dioksida sebagai penyebab utama efek rumah kaca Pembangkit listrik tenaga fosil Kendaraan bermotor tenaga fosil Pembakaran hutan Pembakaran sampah Kegiatan industri Pembangkit listrik tenaga fosil Salah satu penghasil emisi gas karbon dioksida CO2 terbesar adalah pembangkit listrik tenaga fosil seperti minyak bumi, gas alam, dan batu bara mengandung karbon yang terlepas saat bahan bakar digunakan melalui pembakaran. Baca juga Mengapa Penggunaan Bahan Bakar Fosil Menyebabkan Pemanasan Global? Dilansir dari Energy Information Administration, diperkirakan suatu pembangkit listrik tenaga fosil mengemisikan sekitar 0,85 pon karbon dioksida untuk setiap kWh yang diproduksinya. Sedangkan, satu pembangkit dapat memproduksi hingga satu juga kWh setiap bermotor tenaga fosil Penghasil emisi gas karbon dioksida selanjutnya adalah kendaraan bermotor. Sebagian besar kendaraan bermotor menggunakan energi fosil seperti bensin dan solar. Karbon dalam bensin dan solar dibakar untuk menyalakan mesin kendaraan. Dalam pembakaran tersebut, karbon yang terkandung di dalamnya diemisikan dalam bentuk gas karbon dioksida. Gas tersebut kemudian diemisikan melalui knalpot kendaraan. Baca juga Bahan Bakar Fosil Minyak Bumi, Batu Bara, dan Gas Alam Dilansir dari United States Environmental Protection Agency, sebuah kendaraan mengemisikan sekitar 4,6 metrik ton karbon dioksida per tahunnya. Sedangkan, jumlah penggunaan kendaraan bermotor sangatlah banyak. Sehingga, gas karbon dioksida yang diemisikannya juga banyak. Pembakaran hutan Penghasil emisi gas karbon dioksida selanjutnya adalah kebakaran hutan. Tumbuhan, hewan, dan sisa organisme dalam hutan mengandung karbon. Ketika hutan terbakar, karbon dalam tubuh dilepaskan ke dalam bentuk karbon dioksida.
\n \n pembakaran bahan bakar merupakan penyumbang terbesar gas
MONITORDAYCOM - D i tingkat global, 57 % emisi gas rumah kaca berasal dari pembakaran bahan bakar fosil, bahkan situs 75%. Jika dilihat per-sektor sumber emisi GHG Global 29% disumbangkan oleh sektor industri. Sementara sektor transportasi menyumbang 15%. Halo, nama saya Si Rajin. Saya adalah seorang penulis profesional yang ingin memberikan informasi yang bermanfaat bagi para pengunjung. Dalam artikel ini, saya akan membahas tentang pembakaran bahan bakar dan dampaknya terhadap lingkungan. Pengertian Pembakaran Bahan Bakar Dampak Pembakaran Bahan Bakar terhadap Lingkungan Solusi untuk Mengurangi Dampak Pembakaran Bahan Bakar FAQ tentang Pembakaran Bahan Bakar Keuntungan Mengurangi Pembakaran Bahan Bakar Tips Mengurangi Konsumsi Bahan Bakar Ringkasan Pengertian Pembakaran Bahan Bakar Pembakaran bahan bakar adalah proses penggabungan oksigen dengan bahan bakar seperti bensin, diesel, atau gas. Proses ini menghasilkan energi yang digunakan untuk menggerakkan kendaraan atau mesin lainnya. Pembakaran bahan bakar juga menghasilkan gas buang seperti karbon dioksida, karbon monoksida, dan nitro oksida. Dampak Pembakaran Bahan Bakar terhadap Lingkungan Pembakaran bahan bakar memiliki dampak negatif terhadap lingkungan. Gas buang yang dihasilkan mengandung zat-zat berbahaya seperti karbon monoksida, yang dapat menyebabkan keracunan, dan nitro oksida, yang menyebabkan polusi udara. Selain itu, pembakaran bahan bakar juga menghasilkan gas rumah kaca seperti karbon dioksida, yang menyebabkan pemanasan global. Polusi udara yang dihasilkan oleh pembakaran bahan bakar dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan seperti iritasi mata dan tenggorokan, batuk, dan asma. Selain itu, polusi udara juga dapat menyebabkan kerusakan pada tumbuhan, hewan, dan ekosistem secara keseluruhan. Solusi untuk Mengurangi Dampak Pembakaran Bahan Bakar Untuk mengurangi dampak negatif dari pembakaran bahan bakar terhadap lingkungan, ada beberapa solusi yang dapat dilakukan. Salah satunya adalah menggunakan kendaraan yang lebih efisien dalam penggunaan bahan bakar seperti mobil listrik atau kendaraan bertenaga hidrogen. Selain itu, penggunaan transportasi umum juga dapat membantu mengurangi konsumsi bahan bakar secara keseluruhan. Selain itu, penggunaan bahan bakar alternatif seperti biofuel atau gas alam dapat membantu mengurangi emisi gas rumah kaca. Penggunaan teknologi ramah lingkungan pada mesin atau kendaraan juga dapat membantu mengurangi emisi gas buang. FAQ tentang Pembakaran Bahan Bakar Apakah semua bahan bakar menghasilkan gas buang? Ya, semua bahan bakar menghasilkan gas buang saat dibakar. Apakah pembakaran bahan bakar berbahaya bagi kesehatan? Ya, polusi udara yang dihasilkan oleh pembakaran bahan bakar dapat menyebabkan masalah kesehatan seperti iritasi mata dan tenggorokan, batuk, dan asma. Apakah ada alternatif yang lebih ramah lingkungan daripada bahan bakar fosil? Ya, beberapa alternatif yang lebih ramah lingkungan adalah biofuel, gas alam, dan kendaraan listrik. Bagaimana cara mengurangi konsumsi bahan bakar pada kendaraan? Beberapa cara untuk mengurangi konsumsi bahan bakar pada kendaraan adalah dengan mengemudi secara hati-hati, mempertahankan kecepatan yang stabil, dan memeriksa tekanan ban secara teratur. Apakah ada dampak positif dari mengurangi konsumsi bahan bakar? Ya, mengurangi konsumsi bahan bakar dapat mengurangi emisi gas buang dan gas rumah kaca, serta menghemat biaya bahan bakar. Apakah mesin diesel lebih ramah lingkungan daripada mesin bensin? Tidak, mesin diesel menghasilkan lebih banyak emisi nitro oksida yang berbahaya bagi kesehatan. Apakah kendaraan listrik benar-benar ramah lingkungan? Ya, kendaraan listrik tidak menghasilkan emisi gas buang dan dapat diisi ulang dengan listrik yang dihasilkan dari sumber energi terbarukan. Apakah semua kendaraan listrik menghasilkan emisi gas rumah kaca? Tidak, kendaraan listrik hanya menghasilkan emisi gas rumah kaca jika listrik yang digunakan dihasilkan dari pembangkit listrik yang menggunakan bahan bakar fosil. Keuntungan Mengurangi Pembakaran Bahan Bakar Mengurangi pembakaran bahan bakar memiliki banyak keuntungan. Selain membantu mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan, hal ini juga dapat menghemat biaya bahan bakar dan meningkatkan efisiensi kendaraan atau mesin. Dengan mengurangi konsumsi bahan bakar, kita juga dapat mengurangi ketergantungan pada sumber daya fosil yang terbatas dan tidak dapat diperbaharui. Hal ini dapat membantu mengurangi risiko terjadinya krisis energi di masa depan. Tips Mengurangi Konsumsi Bahan Bakar Berikut adalah beberapa tips yang dapat membantu mengurangi konsumsi bahan bakar Mengemudi dengan hati-hati dan menghindari akselerasi yang tiba-tiba Pertahankan kecepatan yang stabil dan hindari mengerem atau mempercepat secara tiba-tiba Periksa tekanan ban secara teratur dan pastikan ban terisi penuh Matikan mesin saat berhenti lebih dari satu menit Gunakan AC hanya saat diperlukan dan atur suhu sesuai kebutuhan Bersihkan filter udara secara teratur Gunakan bahan bakar berkualitas tinggi Pilih kendaraan yang lebih efisien dalam penggunaan bahan bakar Ringkasan Pembakaran bahan bakar merupakan penyumbang terbesar gas buang yang berbahaya bagi lingkungan dan kesehatan manusia. Untuk mengurangi dampak negatif dari pembakaran bahan bakar, kita perlu mengurangi konsumsi bahan bakar secara keseluruhan dan menggunakan bahan bakar alternatif yang lebih ramah lingkungan. Dengan mengurangi konsumsi bahan bakar, kita dapat menghemat biaya, meningkatkan efisiensi kendaraan atau mesin, serta membantu mengurangi risiko terjadinya krisis energi di masa depan. Emisikarbon adalah pengeluaran gas-gas sisa dari hasil pembakaran senyawa CO2 dari bahan bakar minyak, seperti solar, bensin, LPJ, batu-bara, dan bahan bakar lainya. Di berbagai negara, penyumbang emisi karbon terbesar umumnya dari karbondioksida hasil pembakaran bahan bakar pada transportasi dan mesin-mesin industri, seperti pesawat, mobil, sepeda motor, pabrik, pembangkit listrik, sampai rokok. Dalam artikel keenam dari rangkaian kajian mengenai bagaimana negara penghasil emisi gas rumah kaca merespon perubahan iklim, Carbon Brief melakukan kajian upaya Indonesia untuk menurunkan tingkat deforestasi dan mengendalikan kebakaran lahan gambut yang menghasilkan emisi sangat tinggi. Indonesia merupakan penghasil emisi gas rumah kaca terbesar keempat di dunia pada tahun 2015. Ekonomi Indonesia merupakan yang terbesar ke-16 di dunia dan terbesar di Asia Tenggara. Sumber emisi tertinggi berasal dari deforestasi dan kebakaran hutan gambut yang kemudian diikuti oleh emisi dari pembakaran bahan bakar fosil untuk energi. Indonesia baru-baru ini melampaui Australia menjadi negara pengekspor batu bara termal terbesar di dunia. Indonesia berencana untuk menambah pembangunan pembangkit listrik tenaga batu bara, salah satu alasannya yaitu sebagai upaya untuk mengurangi “kesenjangan listrik” antara pulau-pulau yang sudah maju dan pulau-pulau yang masih kurang terhubung. Pemerintah Indonesia saat ini telah berkomitmen untuk mengurangi emisi sebesar 29-41% pada tahun 2030, dibandingkan dengan skenario “bisnis seperti biasa”. Indonesia telah mengadakan pemilihan umum pada bulan April 2019 dan pada tanggal 21 Mei 2019 telah diumumkan kemenangan bagi presiden saat ini yaitu Presiden Joko Widodo. Politik Persetujuan Paris Deforestasi, minyak kelapa sawit dan kebarakan hutan dan lahan Batu Bara Energi Terbarukan Peraturan tentang perubahan iklim Pendanaan iklim Dampak dan adaptasi Politik Indonesia adalah negara demokrasi terbesar ketiga di dunia dengan penduduk lebih dari 260 juta orang yang tersebar di sekitar pulau. Indonesia juga memiliki populasi Muslim terbesar di dunia, terdiri dari beragam etnis, dan memiliki lebih dari 300 bahasa lokal. Indonesia telah menyelenggarakan pemilihan umum sejak tahun 1955, tetapi pemilihan presiden baru diadakan pada tahun 2004. Presiden saat ini, Joko “Jokowi” Widodo, terpilih pada tahun 2014 baru saja terpilih lagi untuk periode 2019-2024. Widodo adalah anggota Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan PDI-P “politik sayap kiri-tengah” dan memimpin koalisi mayoritas dengan dukungan sembilan partai politik. Presiden Joko Widodo merupakan presiden pertama di Indonesia yang tidak berasal dari elit militer atau latar belakang politik dan masih termasuk bersih dari tuduhan korupsi yang dialami beberapa pejabat pemerintah lainnya. Setahun sebelum Jokowi terpilih, the Economist menggambarkannya sebagai “orang yang jujur”. Namun, Jokowi menghadapi kritik karena tidak banyak memajukan hak asasi manusia selama masa kepresidenannya. Fokus kampanye Jokowi untuk pemilihan umum tahun ini berpusat pada komitmen untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, sebagian besar melalui peningkatkan pembangunan infrastruktur, dan peningkatan penanggulangan terorisme dan korupsi – tragisnya, menurut Jakarta Post, koran di Indonesia berbahasa Inggris, sejauh ini belum pernah menyebutkan perubahan iklim. Tahun lalu, Jokowi meningkatkan subsidi untuk diesel. Menurut Nikkei Asian Review, sebuah publikasi keuangan di Asia, hal ini dilakukan “di tengah kekhawatiran bahwa biaya bahan bakar yang lebih tinggi [dapat] mengancam usahanya untuk terpilih kembali”. Menurut IEA, Jokowi sebelumnya sempat melakukan penghapusan subsidi besar-besaran pada tahun 2015 sebagai upaya mereformasi sistem pendukung bahan bakar Indonesia yang sudah puluhan tahun dijalankan. Sebuah jajak pendapat pada bulan Januari oleh Charta Politika, sebuah perusahaan konsultan politik Indonesia, menemukan bahwa Jokowi mencapai peringkat persetujuan 53,2%. Saingan terbesarnya, Prabowo Subianto – mantan jenderal Angkatan Darat yang kalah dari Jokowi pada tahun 2014 – memiliki peringkat persetujuan 34,1%. Presiden Indonesia Joko Widodo kedua dari kanan dan rivalnya yang seorang mantan jenderal Prabowo Subianto kiri depan berbicara kepada media setelah pertemuan di Jakarta, 17 Oktober 2014. Kredit Xinhua / Alamy Stock Photo. Kajian yang dirilis pada bulan Februari oleh Jatam, sebuah LSM Indonesia yang memantau industri pertambangan, menemukan bahwa 86% dari $ 4 juta donasi kampanye Jokowi berkaitan dengan perusahaan pertambangan besar dan bahan bakar fosil. Sedangkan untuk Prabowo, ditemukan bahwa 70% dari $ 3,4 juta donasi kampanyenya berkaitan dengan perusahaan pertambangan dan perusahaan bahan bakar fosil. Pada 17 Februari 2019, kedua kandidat mengikuti debat yang disiarkan langsung oleh televisi bertema “lingkungan, energi dan infrastruktur”. Menurut situs web lingkungan Mongabay, keduanya berjanji untuk meningkatkan budi daya kelapa sawit – pendorong utama deforestasi di Indonesia. Kedua kandidat tidak menyebutkan rencana mereka untuk mengatasi perubahan iklim. Menurut jajak pendapat yang dilakukan pada tahun 2015, 41% responden menyatakan bahwa mereka “sangat prihatin” tentang perubahan iklim. Angka ini lebih rendah daripada proporsi responden yang peduli di negara tetangga seperti Vietnam 69%, Malaysia 44% dan Filipina 72%, tetapi sama dengan proporsi di Inggris. Persetujuan Paris Indonesia menjadi bagian dari blok negosiasi iklim internasional yaitu blok G77 dan Cina. Selain itu, Indonesia juga merupakan anggota dari Dialog Cartagena. Informasi lebih lanjut tentang masing-masing kelompok tersedia dalam penjelasan mendalam tentang blok negosiasi oleh Carbon Brief. Emisi gas rumah kaca tahunan Indonesia adalah 2,4 miliar ton setara CO2 GtCO2e pada 2015, menurut data yang dikumpulkan oleh Potsdam Institute for Climate Impact Research PIK. Angka tersebut termasuk emisi dari tata guna lahan, alih fungsi lahan dan kehutanan LULUCF. Emisi Indonesia mewakili 4,8% dari total emisi global dunia pada tahun tersebut. Emisi per kapita pada tahun tersebut mencapai 9,2-ton CO2e – lebih besar dari rata-rata global 7,0-ton CO2e dan rata-rata di Tiongkok 9,0-ton CO2e, Inggris 7,7-ton CO2e dan Uni Eropa 8,1 ton CO2e. Namun, perlu dicatat bahwa total emisi Indonesia sangat bervariasi dari tahun ke tahun, sebagian besar sebagai akibat dari kebakaran lahan gambut. Bagan di bawah ini, yang diambil dari laporan dua tahunan biennial report terakhir Indonesia ke Konvensi Kerangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim UNFCCC, memberikan gambaran tentang bagaimana kebakaran lahan gambut Indonesia dapat mengubah emisi keseluruhan. Bagan ini menunjukkan emisi dari kebakaran lahan gambut biru, kehutanan dan tata guna lahan lainnya “FOLU”; hijau, limbah kuning, pertanian hijau pucat, industri “IPPU”; merah dan energi oranye. Perlu dicatat bahwa angka-angka yang ditampilkan adalah hasil pelaporan sendiri. Total emisi Indonesia dari tahun 2000 hingga 2016. Di grafik tersebut ditampilkan emisi dari kebakaran lahan gambut biru, kehutanan dan tata guna lahan lainnya “FOLU”; hijau, limbah kuning, pertanian hijau pucat, industri “IPPU”; merah dan energi oranye. Emisi ditampilkan dalam gigagram setara CO2 GgCO2e, jutaan ton. Perlu dicatat bahwa angka-angka tersebut merupakan hasil pelaporan sendiri. Sumber Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Indonesia Komitmen iklim Indonesia “kontribusi yang ditentukan secara nasional”, atau NDC menargetkan pengurangan emisi 29-41% pada tahun 2030, dibandingkan dengan skenario “bisnis seperti biasa”. Bagian atas dari kisaran ini tergantung pada “dukungan kerja sama internasional”, yang melihat emisi pada tahun 2030 apakah akan tetap pada atau di bawah level saat ini. Komitmen ini disampaikan ke UNFCCC menjelang konferensi iklim di Paris. Indonesia meratifikasi Perjanjian Paris pada tahun 2016. Indonesia bertujuan untuk melakukan dekarbonisasi ekonomi melalui “pendekatan bertahap” – yaitu, melalui kebijakan untuk “perbaikan tata guna lahan dan perencanaan tata ruang, konservasi energi dan pengembangan energi bersih dan terbarukan, serta peningkatan pengelolaan limbah”. Komitmen tersebut dinilai “sangat tidak cukup” oleh Climate Action Tracker CAT, sebuah proyek penelitian independen yang mengkaji kebijakan iklim. Peringkat tersebut menunjukkan bahwa Indonesia masih kurang ambisius atau belum mengambil “bagian yang adil” atau “fair share” untuk pengurangan emisi yang diperlukan untuk membatasi pemanasan global di bawah 2°C. Studi menemukan bahwa jika semua negara memiliki target yang sama, suhu masih akan meningkat hingga 3°-4°C pada tahun 2100. Berdasarkan data CAT, emisi Indonesia telah meningkat pada tingkat yang lebih cepat dari perkiraan dalam beberapa tahun terakhir. Bahkan, dengan kebijakan saat ini, “justru mungkin berlipat ganda pada tahun 2030”, bila dibandingkan dengan tingkat 2014. Deforestasi, minyak kelapa sawit dan kebarakan hutan dan lahan Indonesia merupakan rumah bagi 10% hutan hujan tropis dunia dan 36% lahan gambut tropis dunia. Lahan gambut tropis adalah lingkungan hutan basah dan rawa dengan tanah yang dapat menyimpan karbon hingga 20 kali lebih banyak daripada jenis tanah mineral lainnya. Diperkirakan bahwa lahan gambut Indonesia menyimpan sekitar 28 miliar ton karbon – atau setara dengan hampir tiga tahun emisi bahan bakar fosil global. Orangutan Kalimantan memakan tanaman air di Taman Nasional Tanjung Puting, Kalimantan Tengah, Indonesia. Kredit Rosanne Tackaberry / Foto Stock Alamy. Indonesia merupakan penghasil 53% budi daya kelapa sawit dunia, sebuah minyak yang menjadi bahan baku berbagai produk antara lain makanan kemasan, bahan bakar dan kosmetik. Minyak kelapa sawit adalah komoditas ekspor ketiga yang paling menguntungkan setelah batu bara dan minyak bumi, dan industri ini mempekerjakan sekitar 3,7 juta orang. Rasa haus akan minyak kelapa sawit telah mengubah lanskap Indonesia. Sejak tahun 2000 hingga 2015, Indonesia kehilangan rata-rata hektar hutan setiap tahun – menjadikan Indonesia sebagai negara dengan tingkat deforestasi terbesar kedua di dunia setelah Brasil. Sebagian besar deforestasi pada masa lalu berasal dari pembukaan lahan dengan metode “tebang dan bakar”, yang menjadi salah satu faktor utama penyebab kebakaran di lahan gambut Indonesia. Ketika kebakaran terjadi di lahan gambut yang sangat rawan api, sebagian besar simpanan karbon dengan jumlah sangat besar dilepaskan ke atmosfer. Praktik pengeringan lahan gambut juga meningkatkan risiko kebakaran lahan besar-besaran megafires. Agar tumbuhan kelapa sawit dan tanaman lainnya, seperti misalnya tanaman kayu, lahan gambut sering dikeringkan dari kelembaban alaminya – membuat lahan gambut kering dan lebih mudah terbakar. Pada 2015, tingkat kebakaran lahan gambut melonjak tinggi – menyebabkan pelepasan gas rumah kaca pada skala yang sama dengan total emisi tahunan Brasil. Selama beberapa hari, emisi dari kebakaran saja lebih tinggi daripada emisi dari seluruh ekonomi AS. Kebakaran pada tahun 2015 diperparah oleh kondisi kering panas sebagai akibat dari fenomena iklim alami El Niño. Asap dari kebakaran menyebabkan 19 kematian dan setengah juta penduduk menderita penyakit pernapasan, berdasarkan laporan dari Guardian. Seorang tentara mencoba memadamkan kebakaran lahan gambut di Sumatra Selatan, Indonesia, 12 September 2015. Kredit Xinhua / Alamy Stock Photo. Pada tahun tersebut, perubahan tata guna lahan, lahan gambut, dan hutan menyumbang 79% dari total emisi gas rumah kaca Indonesia. Setelah kejadian mematikan tersebut, Jokowi mengumumkan moratorium nasional tentang pengeringan lahan gambut Indonesia. Jokowi kemudian mendirikan Badan Restorasi Gambut dengan tugas untuk memulihkan 2 juta hektar lahan gambut tropis hingga tahun 2020. Sejak 2016 hingga 2017, deforestasi hutan di Indonesia turun 60% – sebagian karena moratorium, berdasarkan data dari analis. Pada bulan September 2018, Jokowi mengeluarkan instruksi presiden untuk moratorium izin baru untuk perkebunan kelapa sawit selama tiga tahun. Namun, “ancaman masih tetap ada”, kata analis. Lebih dari seperempat lahan gambut yang dilindungi pada tahun 2015 telah dilelang ke perusahaan kelapa sawit dan kayu. Untuk mengimbangi perusahaan-perusahaan ini, pemerintah mengoperasikan skema “penggantian lahan usaha” atau “land swap”, dengan menawarkan akses ke lahan yang tidak dilindungi kepada perusahaan. Meski beberapa kelompok telah memperingatkan bahwa skema tersebut dapat memperparah deforestasi. Tahun ini, Uni Eropa memperketat aturan tentang biofuel dalam upaya untuk membatasi penggunaan minyak sawit yang terkait dengan deforestasi – sebuah langkah yang ditentang keras oleh beberapa menteri Indonesia. Investigasi baru-baru ini oleh Unearthed menemukan bukti yang menunjukkan bahwa menteri-menteri Indonesia telah mencoba menekan negara-negara Eropa, termasuk Inggris, untuk menentang perubahan peraturan. Investigasi juga menemukan bahwa, pada tahun 2016, Perancis membatalkan usulan pajak atas pasokan minyak sawit yang tidak berkelanjutan setelah diperingatkan bahwa hal itu dapat mengarah pada eksekusi warga negara Perancis di Indonesia. Batu Bara Indonesia adalah produsen batu bara terbesar kelima di dunia dan merupakan rumah bagi cadangan batu bara terbesar ke-10 di dunia, menurut laporan terkini dari BP Statistical Review of World Energy. Menurut Badan Energi Internasional IEA, sekitar 80% dari batu bara Indonesia diekspor. Menurut analisis dari Carbon Brief, dari tahun 2000 hingga 2014, ekspor batu bara Indonesia meningkat empat kali lipat. Pada 2017, Indonesia melampaui Australia menjadi pengekspor batu bara termal terbesar di dunia, yang digunakan untuk pembangkit listrik, menurut IEA. Pemerintah Tiongkok merupakan pengimpor utama batu bara Indonesia yang mencapai 31% dari total ekspor Indonesia pada tahun 2017, menurut IEA. Pengimpor utama lainnya yaitu India, Jepang, dan Korea Selatan. Penambangan batu bara memiliki banyak dampak lingkungan di Indonesia. Sebagai contoh, pengiriman batu bara yang ditambang dari Kalimantan telah menghancurkan terumbu karang tropis sebesar “ratusan meter persegi”, menurut Greenpeace. Sekitar 58% listrik Indonesia dihasilkan oleh batu bara pada tahun 2017. Ini ditunjukkan pada bagan di bawah ini area hitam. Negara ini menempati urutan ke 10 dunia untuk kapasitas total batu bara megawatt, tetapi kelima untuk kapasitas yang direncanakan MW. Namun, perlu dicatat bahwa Indonesia telah berulang kali mengurangi kapasitas batu bara yang direncanakan. Pada 2015, Indonesia memiliki rencana untuk MW pembangkit batu bara baru. Angka ini kemudian turun menjadi MW pada tahun 2018 dan menjadi sekitar MW tahun ini, menurut data dari Global Energy Monitor. Dalam kajian terbarunya tentang pasar batu bara global, IEA mengidentifikasi Indonesia sebagai pendorong utama meningkatnya permintaan selama lima tahun ke depan. Permintaan untuk tenaga batu bara di negara itu kemungkinan akan meningkat sebagai akibat dari “pertumbuhan ekonomi yang kuat, populasi yang meningkat dan berkembangnya kelas menengah”. Pada 2015, Jokowi meluncurkan rencana ambisius untuk mengembangkan MW pembangkit listrik baru pada 2019 – salah satu alasannya yaitu untuk mengatasi “kesenjangan elektrifikasi” antara pulau-pulau yang maju di negara tersebut, seperti Bali, Jawa, Sumatra, dan pulau-pulau kecil yang terpencil. Target tersebut kemudian didorong kembali ke 2024. Peta interaktif pembangkit listrik batu bara di masa lalu dan yang direncanakan di Indonesia dan Asia Tenggara. Pemerintah melihat tenaga batu bara sebagai cara “murah dan mudah” untuk membantu memenuhi target, menurut Financial Times. Namun, kajian dari Carbon Tracker menemukan bahwa membangun pembangkit listrik baru dari energi terbarukan bisa menjadi lebih murah daripada membangun pembangkit listrik baru dari batu bara antara tahun 2020 dan 2022. Lebih jauh lagi, akan lebih murah membangun pembangkit listrik baru dengan energi terbarukan daripada batu bara yang sudah terbangun pada tahun 2028. Pada bulan Maret 2018, Indonesia membatasi harga batu bara domestik untuk pembangkit listrik selama dua tahun – sebuah langkah yang dimaksudkan untuk membantu menjaga harga listrik tetap rendah pada saat pemilihan tahun ini, kata para analis. Batu bara belum menjadi topik utama dalam kampanye Jokowi, menurut Mongabay. Namun, saingannya, Prabowo, menyerukan agar penggunaan batu bara dikurangi dan diganti dengan energi terbarukan, menurut Jakarta Post. Energi Terbarukan Hanya sekitar lebih dari 5% listrik Indonesia berasal dari energi terbarukan pada tahun 2017 – sebagian besar berasal dari sumber panas bumi. Pada 2018, angka ini naik menjadi 12,3%. Namun, pemerintah telah berjanji untuk meningkatkan porsi tersebut menjadi 23% dari energi terbarukan pada tahun 2025 dan 31% pada tahun 2050. Indonesia adalah penghasil tenaga panas bumi terbesar kedua di dunia setelah AS. Negara ini telah membangun pembangkit listrik tenaga panas bumi sebesar MW. Namun, sumber daya panas bumi yang belum dimanfaatkan diperkirakan berjumlah MW – 40% dari total cadangan panas bumi dunia. Seorang biksu Budha duduk di depan kawah gunung berapi Kawah Ijen ketika gas belerang dilepaskan, Jawa Timur, Indonesia. Kredit Malgorzata Drewniak / Foto Stock Alamy. Indonesia merupakan titik panas atau “hotspot” untuk tenaga panas bumi karena aktivitas vulkaniknya. Indonesia terletak di Cincin Api Pasifik dan merupakan rumah bagi 139 gunung berapi, menurut Global Volcanism Program. Negara ini memiliki target agar bauran energi dari panas bumi mencapai MW pada tahun 2025, yang akan membuat Indonesia menjadi produsen panas bumi terbesar di dunia. Jokowi membuka ladang angin pertama di Indonesia pada bulan Juli 2018. Ladang Angin Sidrap, merupakan ladang angin terbesar di Asia Tenggara, menghasilkan 75 MW daya listrik dan memasok daya ke Sulawesi, sebuah pulau di sebalah timur Kalimantan. Ladang angin 72 MW kedua saat ini sedang dibangun di pulau tersebut. Presiden Indonesia, Joko Widodo, melantik Ladang Angin Sidrap di Sulawesi Selatan, 2 Juli 2018. Kredit Yermia Riezky Santiago / Foto Stock Alamy. Indonesia saat ini hanya memiliki 16 MW tenaga surya, menurut data dari International Renewable Energy Agency IRENA. Namun, pemerintah bertujuan untuk memiliki tenaga surya MW dan tenaga angin MW pada tahun 2025, menurut laporan dari IRENA. Namun Indonesia “dapat melampaui tujuan saat ini dan menggunakan lebih banyak energi terbarukan”, menurut laporan tersebut. Jika kebijakan disesuaikan, Indonesia dapat mencapai target energi terbarukan 2050 pada tahun 2030, simpulnya. Analisis mencatat bahwa potensi tenaga surya masih diremehkan oleh kebijakan pemerintah saat ini. Dengan kebijakan dan investasi baru, tenaga surya berpotensi “menyediakan listrik untuk hampir 1,1 juta rumah tangga di daerah terpencil yang saat ini kekurangan akses listrik yang memadai”, katanya. Peraturan tentang perubahan iklim Sistem hukum Indonesia didasarkan pada hukum Romawi-Belanda, adat dan hukum Islam. Berbagai peraturan dihasilkan tersusun dalam beberapa tingkatan yaitu sebagai berikut dalam urutan kepentingan UUD 1945; Resolusi MPR; Undang-Undang; Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang; Peraturan Pemerintah; Keputusan Presiden; Peraturan Daerah. Sebagian besar undang-undang terkait perubahan iklim di Indonesia diarahkan untuk menanggulangi emisi dari sektor hutan. Undang-undang tersebut, yang telah dibahas secara lebih rinci di atas, mencakup moratorium pengeringan lahan gambut dan konversi hutan hujan primer. Pada bulan September 2018, Jokowi mengeluarkan Instruksi Presiden untuk moratorium izin baru bagi perkebunan kelapa sawit selama tiga tahun. Sektor energi juga ada dalam peraturan terkait perubahan iklim. Pemerintah mengeluarkan peraturan pada tahun 2014 yang berisi komitmen untuk meningkatkan porsi energi terbarukan sebesar 23% pada tahun 2025 dan 31% pada tahun 2050 – naik dari porsi saat ini yang baru mencapai 5%. Indonesia memiliki target untuk meningkatkan efisiensi energi. Rencana Induk Konservasi Energi Nasional RIKEN menetapkan sasaran penurunan intensitas energi sebesar 1% per tahun hingga 2025. Pada Oktober 2017, pemerintah mengumumkan inisiatif baru yang bertujuan memasukkan aksi iklim ke dalam agenda pembangunan nasional. Indonesia memiliki empat rencana pembangunan lima tahun terpisah yang mencakup periode 2005-2025. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional untuk 2015-2019 berpegang pada prinsip bahwa “ekonomi hijau” harus menjadi dasar pembangunan nasional. Rencana ini bertujuan memberantas pembalakan, penangkapan ikan dan penambangan liar, serta peningkatan partisipasi masyarakat lokal dalam pengelolaan hutan. Rencana tersebut juga menetapkan tujuan untuk meningkatkan ketahanan masyarakat yang rentan terhadap dampak perubahan iklim. Selain itu, rencana tersebut juga secara khusus menargetkan pengurangan emisi dari lima “sektor prioritas“, termasuk kehutanan dan lahan gambut, pertanian, energi dan transportasi, industri dan limbah. Pada 25 Maret 2019, pemerintah meluncurkan laporan yang melihat bagaimana aksi iklim dapat dimasukkan ke dalam rencana pembangunan negara untuk 2020-2025. Laporan tersebut menyatakan bahwa jalur pembangunan “rendah karbon” dapat mendorong tingkat pertumbuhan PDB sebesar 6% per tahun hingga 2045, lebih tinggi dari tingkat yang diharapkan melalui jalur “bisnis seperti biasa”. Jalur ini juga dapat mengurangi emisi hingga 43% pada tahun 2030, jika dibandingkan dengan “bisnis seperti biasa” – melebihi target iklim nasional saat ini. Pendanaan iklim Indonesia telah berkomitmen untuk mengurangi emisi GRK sebesar 29-41% pada tahun 2030, dibandingkan dengan “bisnis seperti biasa” – tetapi bagian atas dari komitmen tersebut bergantung pada “dukungan kerja sama internasional”. Namun, komitmen tersebut tidak menyebutkan dengan rinci berapa banyak bantuan yang dibutuhkan untuk mencapai bagian atas dari target tersebut. Sebuah dokumen dari pemerintah yang diterbitkan terpisah pada saat itu manyatakan bahwa untuk memenuhi target energi terbarukan saja akan menelan biaya $108 miliar. Indonesia merupakan negara dengan ekonomi pasar berkembang utama, tetapi penduduknya menghadapi ketimpangan ekonomi yang tajam. Sebuah laporan oleh Oxfam pada 2017 menemukan bahwa empat orang terkaya di Indonesia sekarang lebih kaya dari 100 juta orang termiskin di negara ini. Analisis oleh Carbon Brief menunjukkan bahwa Indonesia merupakan penerima pembiayaan iklim terbesar keenam di dunia, setelah menerima rata-rata $952 juta setahun dari 2015-2016. Analisis Carbon Brief lebih lanjut menunjukkan bahwa, pada tahun 2016, Indonesia telah dianugerahi $362 juta dalam investasi dari Green Climate Fund GCF dan Climate Investment Fund CIF. Skema penting yang dibiayai oleh dana perubahan iklim multilateral termasuk proyek $150 juta untuk mengembangkan energi panas bumi sektor swasta dan $18 juta untuk proyek yang dipimpin masyarakat untuk mengatasi degradasi hutan. Dampak dan adaptasi Sebagai negara berpenduduk padat yang tersebar di pulau-pulau tropis, Indonesia dianggap sangat rentan terhadap dampak perubahan iklim. Kenaikan permukaan laut mengancam 42 juta orang yang tinggal di bawah 10 meter di atas permukaan laut di Indonesia. Kenaikan satu meter di permukaan laut bisa menggenangi hektar lahan pesisir Indonesia dan menyebabkan pulau-pulau di dataran rendah tenggelam. Ibukota negara, Jakarta – yang merupakan rumah bagi 10 juta orang – terancam akut oleh kenaikan permukaan laut dan telah digambarkan sebagai “kota yang paling cepat tenggelam” di bumi. Ancaman ini semakin parah di wilayah perkotaan dikarenakan adanya banyak penggalian sumur illegal, yang menyebabkan penurunan muka tanah. Banjir di Jakarta, Indonesia, 10 Februari 2015. Kredit Dani Daniar / Alamy Stock Photo. Sebagian besar pulau-pulau di Indonesia diprediksikan akan mengalami peningkatan curah hujan, kecuali pulau-pulau di wilayah selatan, termasuk Pulau Jawa yang diprediksikan menurun hingga 15%. Curah hujan baik meningkat atau menurun, masing-masing dapat meningkatkan risiko banjir bandang dan kekeringan. Kota-kota besar Indonesia sangat rentan terhadap banjir bandang, yang dapat memicu tanah longsor yang sangat merusak. Periode monsun tahunan di Indonesia juga dapat dipengaruhi oleh perubahan iklim. Penelitian menunjukkan risiko penundaan 30 hari ke musim hujan bisa mencapai 40% pada tahun 2050, dibandingkan dengan 18% saat ini. Hal ini dapat memiliki konsekuensi besar untuk produksi pertanian. Analisis dari Carbon Brief menemukan bahwa suhu rata-rata di pulau-pulau Indonesia telah meningkat sekitar 1,2°-1,5°C sejak dimulainya era industri. Peningkatan suhu – selain perubahan dalam fenomena iklim alami El Niño – selanjutnya dapat meningkatkan risiko yang ditimbulkan oleh kebakaran hutan. Selain mempercepat perubahan iklim, kebakaran meningkatkan risiko gangguan bagi keanekaragaman hayati Indonesia. Indonesia merupakan rumah bagi 12% dari spesies mamalia, 16% dari spesies reptil dan 17% dari spesies burung dunia. Burung Cendrawasih jantan untuk menarik perhatian betina, Papua, Indonesia. Kredit Gabbro / Alamy Stock Photo. Indonesia meluncurkan Rencana Aksi Nasional Adaptasi Perubahan Iklim RAN-API pada tahun 2012. Dalam kata pengantar laporan ini, Endah Murniningtyas, Deputi Bidang Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup BAPPENAS, menulis “Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, Indonesia adalah salah satu negara yang paling rentan terhadap perubahan iklim.” Laporan ini menguraikan rencana untuk meningkatkan ketahanan Indonesia terhadap perubahan iklim, yaitu dengan mengambil langkah-langkah untuk meningkatkan ketahanan energi dan pangan dan untuk meningkatkan ketahanan ekosistem hutannya. Laporan ini juga mengidentifikasi pulau-pulau kecil, wilayah pesisir dan kota-kota sebagai “wilayah khusus” yang paling membutuhkan langkah adaptasi yang lebih kuat. Artikel ini diterjemahkan dari Bahasa Inggris ke Bahasa Indonesia oleh Lia Zakiyyah.

Perlukalian ketahui bahwa pembakaran bahan bakar minyak akan menghasilkan gas-gas sisa pembakaran. Kandungan utama bahan bakar minyak adalah hidrokarbon, serta sedikit senyawa belerang, nitrogen dan oksigen. Pembakaran sempurna hidrokarbon dalam minyak bumi menghasilkan karbon dioksida dan uap air. Sementara itu pembakaran tidak sempurna akan menghasilkan partikel padat yang dikenal dengan asap dan berisi butiran-butiran halus dari karbon (jelaga), karbon monoksida, karbon dioksida, dan uap

Jakarta, CNBC Indonesia - PT PLN Persero menyebut bahwa sektor ketenagalistrikan menyumbang emisi karbon 14% dari total keseluruhan emisi Zaini, Direktur Utama PLN, dalam Pekan Inovasi Energi Baru dan Terbarukan Indonesia yang digelar oleh Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi BPPT mengungkapkan saat ini di tengah perkembangan teknologi, pihaknya terus mendorong pengurangan efek gas rumah kaca lewat berbagai cara."Porsi ini termasuk yang terendah di ASEAN, di antara lima negara terluas di kawasan ASEAN," tuturnya, seperti dikutip dari keterangan resmi perseroan, Rabu 28/07/2021. Ia menjabarkan, sektor ketenagalistrikan di Filipina dan Vietnam masing-masing berkontribusi 30% terhadap emisi nasional, lalu Malaysia yang bahkan mencapai 32% kontribusi Indonesia, menurutnya penggunaan lahan dan alih fungsi hutan, termasuk kebakaran hutan merupakan kontributor emisi karbon terbesar. Meskipun begitu, imbuhnya, PLN memiliki komitmen yang kuat untuk mendukung transisi capaian energi besar yang optimal, menurutnya model bisnis PLN di masa depan pun akan mengakomodasi tren dekarbonisasi, desentralisasi, dan digitalisasi 3D, di antaranya dengan meningkatkan peran energi baru terbarukan EBT sebagai sumber energi primer utama dan jaringan pintar smart grid sebagai jauh ia menyebut bahwa inovasi teknologi semakin maju dalam bidang teknologi pembangkit EBT. Hal ini meliputi hadirnya energy storage atau baterai, penangkapan karbon carbon capture, hidrogen hijau green hydrogen, kendaraan listrik dan efisiensi energi, yang mendorong transisi pada sektor ketenagalistrikan, transisi dari pembakaran bahan bakar fosil menuju pemanfaatan sumber energi baru dan sisi lain, Zulkifli menyebutkan bahwa desentralisasi dan digitalisasi mendorong munculnya model bisnis baru dalam pemenuhan kebutuhan energi pun menurutnya telah menetapkan peta jalan dalam mengurangi penggunaan energi listrik berbasis fosil dari tahun 2025 hingga mengatakan, ada dua skenario yang disiapkan pertama yaitu energi berbasis fosil akan mulai hilang dari bauran energi mulai 2056 mendatang. Ada tujuh tahapan penghentian PLTU batu bara, yakni mulai dari yang menggunakan teknologi konvensional sampai yang paling pada skenario kedua, pemanfaatan teknologi CCUS Carbon Capture, Utilization and Storage akan diterapkan mulai 2035 sembari PLN akan tetap menurunkan porsi energi berbasis fosil dari bauran jauh soal model bisnis masa depan, PLN akan melakukan berbagai pekerjaan besar dari hulu ke hilir."Di sisi hulu PLN akan melakukan eksekusi proyek EBT dalam skala besar," di sisi midstream sebagai operator atau pemilik dari jaringan transmisi dan distribusi, termasuk penyimpanan energi atau baterai, PLN juga memberikan layanan solusi energi terintegrasi yang fleksibel untuk pelanggan skala besar atau sisi hilir, PLN akan memberikan layanan solusi energi untuk semua pelanggan. Selain itu, akan diciptakan ekosistem pelayanan yang cerdas, fleksibel, dan inovatif hingga elektrifikasi sektor transportasi dengan ketersediaan Laksana Tri Handoko selaku Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional menyampaikan bahwa isu energi dan lingkungan saling terkait erat. Pada satu sisi peningkatan ekonomi lewat pembangunan dan industrialisasi yang meningkatkan kebutuhan terhadap energi. Sisi lain ada dampak lingkungan yang mesti diperhatikan termasuk penggunaan energi yang berbasis upaya menjaga keseimbangan kepentingan mendorong perekonomian dan menjaga lingkungan serta mencapai 23% EBT dalam bauran energi, menurutnya riset itu diperlukan."Dan kita tahu itu sangat tidak mudah dan di situlah riset diharapkan bisa berperan besar dalam memberikan kontribusinya," itu Hammam Riza, Kepala BPPT, mengungkapkan bahwa energi baru dan terbarukan merupakan salah satu komponen penting dalam kita mengantar Indonesia menjadi negara yang mandiri, adil dan mendorong pengembangan EBT dan menghadapi berbagai tantangan yang ada, menurutnya dibutuhkan sebuah ekosistem inovasi energi yang didukung oleh berbagai pihak."BPPT melaksanakan asesmen ataupun audit teknologi dari berbagai kegiatan energi baru terbarukan di bidang bahan bakar dan ketenagalistrikan," BPPT mengimplementasikan semua upaya dalam merancang prototipe, menghasilkan proyek uji coba hingga aktif dalam peta jalan pengembangan industri komponen dan hulu. Terlebih, imbuhnya, dalam pengembangan bahan bakar dan ketenagalistrikan, ini mesti mengutamakan komponen dalam pun menurutnya memiliki berbagai fasilitas pengujian atau laboratorium industri di berbagai bidang teknologi. Termasuk untuk kajian dan penerapan di sektor energi. Hammam juga mencontohkan bagaimana kajian teknologi PLTP condensing yang menurutnya ramah lingkungan."Untuk mengatasi energi gas rumah kaca, maka banyak pembangkit yang perlu kita kembangkan dengan misi utama untuk menjadi pembangkit yang ramah lingkungan dengan emisi CO2-nya kurang dari 10% dibanding PLTU batu bara," Tasrif, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral ESDM, mengungkapkan bahwa dalam transisi energi menuju nol emisi karbon akan dilakukan secara cermat agar masuknya EBT dalam bauran energi tidak menimbulkan masalah teknis dan menuju energi hijau, menurutnya mesti ada langkah substitusi, konversi energi primer posil hingga memperbesar porsi bauran EBT."Sekarang ini kita melihat bahwa teknologi fotovoltaik maju demikian pesat. Kita berharap PLTS Atap ini bisa kita dorong cepat," ujar umum untuk strategi jangka panjang sektor energi menuju netral karbon 2060, Arifin menyebutkan akan dilakukan akselerasi pada 2040 melakukan pengembangan EBT secara masif, baik dari pembangkit listrik tenaga surya hingga pembangkit panas bumi, termasuk skala kecil. Lalu, akan dilakukan pengembangan interkoneksi transmisi dan smart grid hingga pengurangan energi fosil dan pemanfaatan teknologi CSS Carbon Capture and Storage dan CCUS. [GambasVideo CNBC] Artikel Selanjutnya Masa Depan Batu Bara Perdagangan Karbon Kredit wia
Pembakaranyang tidak sempurna ini menghasilkan gas-gas beracun yang berbahaya bagi manusia dan lingkungan. Penyumbang polusi terbesar, terutama di kota-kota besar dikarenakan emisi bahan bakar. Pembakaran tidak sempurna disebabkan oleh beberapa faktor, seperti desain konstruksi mesin dan sistem kontrol udara bahan bakar yang tidak ideal. Jakarta, – Menurut data dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana BNPB, Indonesia telah mengalami bencana. Sebanyak lebih dari 85% merupakan bencana hidrometerologi, seperti kekeringan, banjir, tanah longsor, serta cuaca ekstrem lainnya. Hal ini disampaikan oleh Juru Kampanye Iklim dan Energi Greenpeace Indonesia, Adila Isfandiari, dalam diskusi bertajuk "Buruk Elite, Rakyat Dibelah", yang disiarkan langsung melalui kanal YouTube Greenpeace Indonesia pada Senin malam 20/12. "Dan ini semua itu terjadi pada saat temperatur kita di bumi itu baru naik 1,1 derajat Celcius. Bayangkan kalau misalkan itu meningkat menjadi 2 derajat, 3 derajat, atau 4 derajat, pastinya akan lebih masif lagi bencana iklim yang kita hadapi," ujarnya. Adila mengatakan, komitmen iklim Indonesia atau yang disebut sebagai Nationally Determined Contribution NDC, akan membawa kenaikan temperatur global mencapai 4 derajat Celcius. "Maka dari itu, komitmen iklim Indonesia masih dianggap sangat tidak cukup ya untuk mengatasi permasalahan ini," terangnya. Menurut Adila, berdasarkan proyeksi bahwa sektor energi akan menjadi penyumbang emisi Gas Rumah Kaca GRK terbesar di tahun 2030. Karena Indonesia masih didominasi oleh bahan bakar fosil. Ia pun mengatakan 88% dari listrik yang digunakan sampai saat ini adalah berasal dari pembakaran bahan bakar fosil. Adapun yang paling mendominasi yaitu batu bara, sebesar 67%. "Dan dominasi ini tetap akan terjadi hingga tahun 2030, yaitu mencapai 59,4%," kata Adila. 369

terjawab• terverifikasi oleh ahli Pembakaran bahan bakar merupakan penyumbang terbesar kita 2 Lihat jawaban Iklan PositiveThinking Penghasil gas Krbon monoksida Iklan LutfiNeuer Karbon monoksida maaf jika salah Iklan Pertanyaan baru di Biologi 8.

Saat berpergian menggunakan sepeda motor atau berjalan kaki di kota, pernah nggak sih RG Squad merasa sesak dan kesal karena begitu banyak asap berbau nggak enak? Tahu nggak kalian asap-asap itu munculnya dari mana? Bener banget, kebanyakan asap itu keluar dari kendaraan-kendaraan bermotor, seperti angkutan umum, mobil pribadi, motor, dan kendaraan bermotor lainnya. Gambar. Asap mengebul dari kendaraan bermotor Sumber Perlu kalian ketahui bahwa pembakaran bahan bakar minyak akan menghasilkan gas-gas sisa pembakaran. Kandungan utama bahan bakar minyak adalah hidrokarbon, serta sedikit senyawa belerang, nitrogen dan oksigen. Pembakaran sempurna hidrokarbon dalam minyak bumi menghasilkan karbon dioksida dan uap air. Sementara itu pembakaran tidak sempurna akan menghasilkan partikel padat yang dikenal dengan asap dan berisi butiran-butiran halus dari karbon jelaga, karbon monoksida, karbon dioksida, dan uap air. Bensin merupakan salah satu hasil pengolahan minyak bumi yang kandungan utamanya adalah oktana C8H18. Jika kita perhatikan reaksi pembakaran sempurna reaksi 1 dan tidak sempurna reaksi 2 dan 3, dapat disimpulkan bahwa pembakaran dapat berlangsung sempurna atau tidaknya, ditentukan oleh perbandingan jumlah volume bensin C8H18 dengan volume gas oksigen O2. Semakin terbatas jumlah oksigen, semakin tidak sempurna pembakaran yang terjadi, dan semakin banyak jelaga C yang dihasilkan. Gas karbon dioksida CO2 merupakan gas rumah kaca yang dapat menyebabkan terjadinya pemanasan global, sedangkan gas karbon monoksida akan berikatan dengan hemoglobin sehingga mengganggu fungsi hemoglobin dalam mengikat oksigen. Akibatnya, pada kadar tertentu dapat menyebabkan kematian. Sementara itu, jelaga merupakan serbuk halus dari karbon C yang jika terhirup dapat merusak alat pernafasan. Selain gas karbon dioksida dan karbon monoksida, dampak pembakaran bahan bakar dalam mesin kendaraan bermotor dapat menghasilkan gas belerang dioksida SO2 karena di dalam minyak bumi terdapat senyawa belerang, serta gas oksida nitrogen NOx karena untuk membakar bahan bakar bensin dalam mesin digunakan udara sebagai sumber oksigen dan udara mengandung gas nitrogen. Belerang dari minyak bumi dapat teroksidasi menjadi gas belerang dioksida SO2 Ss + O2g → SO2g Ketika di udara gas SO2 ini dapat teroksidasi mejadi gas SO3. SO2g + O2g → SO3g Gas SO3 ini sangat mudah bereaksi dengan air menghasilkan asam sulfat, sehingga gas SO3 ini dapat menyebabkan hujan asam. SO3g + H2Ol → H2SO4aq Pada suhu tinggi, di dalam mesin kendaraan bermotor dapat terjadi reaksi antara nitrogen dan oksigen. N2g + O2g → NOxg Gas oksida nitrogen dalam kadar tinggi dapat menyebabkan iritasi pada mata sehingga menyebabkan mata perih dan merah. Selain itu, dampak pembakaran bahan bakar yang menghasilkan gas oksida nitrogen merupakan salah satu gas penyebab terjadinya efek rumah kaca greenhouse effect yang berdampak pada pemanasan global peningkatan suhu bumi. Baca Juga Proses Pengolahan Minyak Bumi Sekarang kalian tahu kan dari mana dan bagaimana asap-asap di jalanan itu muncul. Selain itu kalian juga tahu kandungan-kandungan apa saja pada asap kendaraan bermotor itu. Tetap berhati-hati ya, karena kandungan-kandungan asap tersebut sangat berbahaya bagi kesehatan RG Squad semua. Oke deh, kalian juga bisa mengetahui lebih banyak lagi materi-materi pelajaran kimia di ruangbelajar. Ruangbelajar akan menyajikan berbagai video animasi dengan materi pelajaran yang lengkap dan sesuai kurikulum terbaru.
Hasilnya sebanyak 16% gas rumah kaca secara global memang ternyata dikuasa oleh gas metana. Sektor lain yang sangat besar tidak lain datang dari karbon dioksida, dimana gas tersebut dihasilkan dari pembakaran bahan bakar fossil yang menyumbang lebih dari 3/4 emisi pemanasan global. 01/01/2023 Penyumbang Emisi Karbon Terbesar – Emisi karbon telah menjadi isu global utama, karena merupakan penyebab utama perubahan iklim. Penyumbang emisi karbon terbesar adalah aktivitas manusia, seperti pembakaran bahan bakar fosil dan pelepasan polutan ke atmosfer. Hal ini menyebabkan peningkatan konsentrasi gas rumah kaca yang mengkhawatirkan, menghasilkan suhu yang lebih hangat dan peristiwa cuaca yang lebih ekstrem. Akibatnya, semakin penting bagi kita untuk memahami kegiatan mana yang bertanggung jawab atas sumber emisi karbon terbesar. Sumber utama emisi karbon antropogenik akibat manusia berasal dari pembakaran bahan bakar fosil untuk produksi energi. Ini termasuk pembangkit listrik dari pembangkit listrik tenaga batu bara dan konsumsi bahan bakar kendaraan dari mobil dan truk. Selain itu, penggundulan hutan merupakan kontributor yang signifikan, karena pohon menyerap karbon dioksida dalam jumlah besar selama fotosintesis sebelum melepaskannya kembali ke atmosfer saat mati atau terbakar. Konsumsi Bahan Bakar Fosil Konsumsi bahan bakar fosil terus menjadi sumber utama emisi karbon, berkontribusi terhadap perubahan iklim dan pemanasan global. Dengan mayoritas energi di Amerika Serikat berasal dari bahan bakar fosil seperti batu bara, minyak, dan gas alam, tidak mengherankan jika sektor ini menjadi penyumbang terbesar tingkat emisi karbon. Efeknya dapat dilihat dalam bentuk polusi udara dan peningkatan suhu di seluruh dunia. Penggerak utama di balik peningkatan konsumsi bahan bakar fosil adalah pertumbuhan populasi yang dikombinasikan dengan pembangunan ekonomi yang menyebabkan peningkatan permintaan energi. Permintaan ini sebagian besar dipenuhi dengan membakar sumber daya alam seperti batu bara dan minyak, bukan sumber terbarukan seperti tenaga surya atau angin. Akibatnya, emisi gas rumah kaca meningkat karena peningkatan pembakaran bahan bakar fosil ini. Penggundulan Hutan Deforestasi telah meningkat di seluruh dunia, dan merupakan kontributor penting emisi karbon. Faktanya, menurut World Resources Institute, deforestasi menyumbang hampir 10% emisi gas rumah kaca global setiap tahun. Laju penggundulan hutan yang mengkhawatirkan ini berdampak buruk pada keanekaragaman hayati, erosi tanah, dan kelangkaan air. Perusakan hutan meningkatkan jumlah karbon dioksida di atmosfer dengan melepaskan karbon yang tersimpan ke udara. Selain itu, pohon menyerap CO2 dari atmosfer yang membantu membatasi perubahan iklim. Hutan juga menyediakan habitat bagi banyak spesies hewan dan tumbuhan yang penting bagi kesehatan dan kesejahteraan lingkungan kita. Hilangnya habitat ini karena penggundulan hutan menempatkan banyak spesies dalam risiko kepunahan dan berkontribusi secara signifikan terhadap perubahan iklim. Kerusakan ini telah menyebabkan peningkatan tingkat peristiwa cuaca ekstrim seperti banjir, kekeringan, angin topan, angin topan dll. Proses Industri Proses industri, seperti pembakaran bahan bakar fosil untuk produksi energi dan pembuatan berbagai produk, merupakan penyumbang terbesar emisi karbon global. Pada tahun 2018 saja, industri menyumbang 29,2% dari total emisi CO2 global dan 36,8% dari total emisi CO2 terkait energi di seluruh dunia. Sumber utama emisi karbon dioksida industri adalah produksi dan pembakaran energi dari sumber bahan bakar seperti batu bara, minyak, dan gas. Selain sumber utama ini, bentuk kegiatan industri lainnya berkontribusi pada kategori emisi gas rumah kaca seperti metana dan dinitrogen oksida melalui kegiatan pertanian atau operasi pengelolaan limbah. Mengingat bahwa manusia membutuhkan energi untuk menggerakkan dunia kita dan menghasilkan barang untuk bertahan hidup, penting bagi kita untuk menemukan cara untuk mengurangi ketergantungan kita pada bahan bakar fosil di semua industri sambil tetap mempertahankan kemajuan ekonomi kita. Angkutan Transportasi adalah salah satu kontributor utama emisi karbon global. Bahkan, diperkirakan transportasi menyumbang sekitar 14% dari total emisi gas rumah kaca global. Artinya, transportasi memiliki pengaruh besar terhadap perubahan iklim, dan penting bagi kita untuk memahami apa yang dapat kita lakukan untuk mengurangi dampaknya. Saat ini, sumber utama emisi terkait transportasi berasal dari mobil dan truk. Kendaraan ini terutama mengandalkan bahan bakar fosil seperti bensin atau solar yang mengeluarkan karbon dioksida tingkat tinggi ke atmosfer saat dibakar. Sumber lain termasuk penerbangan, pengiriman barang, dan transportasi kereta api yang semuanya berkontribusi dalam beberapa hal terhadap tingkat polusi karbon secara keseluruhan. Untuk membantu mengurangi dampak ini, pemerintah semakin memfokuskan upaya mereka untuk mengembangkan bentuk transportasi yang lebih ramah lingkungan seperti mobil listrik dan sistem angkutan umum. Sumber Energi Alternatif Sumber energi alternatif menjadi semakin diperlukan untuk mengurangi dampak perubahan iklim. Sebagai penyumbang emisi karbon terbesar, pembakaran bahan bakar fosil merupakan sumber utama polusi udara dan gas rumah kaca. Sementara sumber terbarukan seperti tenaga surya, angin, dan pembangkit listrik tenaga air menjadi lebih mudah diakses dalam beberapa tahun terakhir, banyak negara masih sangat bergantung pada sumber energi tak terbarukan untuk kebutuhan listrik mereka. Pengembangan sumber energi alternatif memiliki potensi besar untuk mengurangi emisi karbon global dan memerangi perubahan iklim. Tenaga surya memiliki potensi terbesar untuk mengurangi ketergantungan kita pada bahan bakar fosil karena memanfaatkan sumber energi yang tidak habis-habisnya dan bebas dari polutan. Tenaga angin adalah pilihan lain yang menjanjikan; namun, kemajuan teknologi diperlukan untuk membuat turbin lebih efisien dalam menangkap energi dari aliran angin. Mengurangi Emisi Karbon Pengurangan emisi karbon harus menjadi prioritas jika kita ingin menyelamatkan planet kita. Karbon dioksida adalah penyumbang terbesar pemanasan global dan perubahan iklim dan kita harus mengurangi jumlah CO2 yang kita pancarkan ke atmosfer. Ada banyak cara untuk melakukannya, seperti mengembangkan sumber energi terbarukan, berinvestasi pada teknologi dan infrastruktur yang lebih efisien, dan menerapkan kebijakan yang mempromosikan pembangunan berkelanjutan. Kita juga harus beralih dari bahan bakar fosil ke sumber energi bersih seperti tenaga surya, angin, atau pembangkit listrik tenaga air. Ini tidak hanya akan mengurangi emisi karbon tetapi juga menciptakan lapangan kerja dalam ekonomi hijau dan membantu kita bertransisi menuju masa depan yang lebih berkelanjutan. Selain itu, kita dapat membuat perubahan kecil dalam kehidupan kita sehari-hari seperti menggunakan transportasi umum alih-alih mengendarai mobil atau mematikan lampu saat tidak diperlukan untuk menghemat energi – setiap hal kecil berarti! BJqBbL9.
  • ugb4g0f7yd.pages.dev/287
  • ugb4g0f7yd.pages.dev/847
  • ugb4g0f7yd.pages.dev/633
  • ugb4g0f7yd.pages.dev/980
  • ugb4g0f7yd.pages.dev/321
  • ugb4g0f7yd.pages.dev/654
  • ugb4g0f7yd.pages.dev/670
  • ugb4g0f7yd.pages.dev/762
  • ugb4g0f7yd.pages.dev/651
  • ugb4g0f7yd.pages.dev/43
  • ugb4g0f7yd.pages.dev/980
  • ugb4g0f7yd.pages.dev/763
  • ugb4g0f7yd.pages.dev/78
  • ugb4g0f7yd.pages.dev/485
  • ugb4g0f7yd.pages.dev/667
  • pembakaran bahan bakar merupakan penyumbang terbesar gas